10 Facts About tata cara belajar sholat That Will Instantly Put You in a Good Mood

Sunnah-sunnah Sholat Qauliyah

Sunnah-Sunnah Qauliyah adalah bacaan atau ucapan yang disunnahkan untuk dibaca ketika seseorang dalam sholat. Para ulama menyebutkan sunnah-sunnah qauliyyah dalam sholat adalah sebagai berikut:

Daftar Isi

Membaca Doa Istiftah

Membaca Ta’awudz Setelah Doa Iftitah

image

Mengucapkan Aamiin Setelah Membaca Surat Al Fatihah

Membaca Surat Pilihan Setelah Al Fatihah

Surat Yang Disunahkan dibaca di Sholat Shubuh

Membaca Tasbih di Ruku dan Sujud Lebih Dari Sekali

Membaca Doa Sebelum Salam

Mengucapkan Salam Yang Kedua

Membaca Doa Istiftah

Membaca doa istiftah merupakan sunah. Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullahu,

هذا مستحَبٌّ، ولو ترك فلا بأس، لكنَّه مُسْتحب

“Membaca doa istiftah hukumnya sunah. Seandainya seorang meninggalkannya, maka tidak ada masalah karena hukumnya sunah.”[1]. Pendapat ini merupakan pendapat mayoritas ulama mazhab, seperti mazhab Hanafi yang diwakili oleh Al Ainy dalam Al Banaayah 2/184, mazhab Syafii yang diwakili oleh Imam an Nawawi dalam Al Majmu’ 3/318, dan mazhab Hanbali yang diwakili oleh Al Buhuty dalam Syarh Muntaha al Iraadat 1/220.

Versi Doa Istiftah

Hendaknya seorang muslim mengetahui beberapa macam doa istiftah yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Sehingga ia bisa mengamalkan hadis-hadis tersebut dalam sholat-sholatnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Bin Baaz rahimahullahu,

السنة أن ينوع في الاستفتاح ، ولم يكن النبي يجمعها عليه الصلاة والسلام

“Yang disunahkan adalah seseorang memvariasikan bacaan doa istiftah dalam sholat-sholatnya dan tidak mengumpulkannya dalam satu sholat.”[2]

Di antara doa-doa istiftah yang bersumber dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama adalah:

Versi Pertama

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama ketika diam di antara takbiratul ihram dan membaca surat Al Fatihah beliau membaca,

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ

Allahumma baa’id bainii wabaina khathaayaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allahumma ighsil khathaayaaya bil maa’i wats tsalji wal barad

“Ya Allah jauhkanlah aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara barat dan timur. Ya Allah bersihkanlah kesalahanku sebagaimana pakaian putih yang disucikan dari kotoran. Ya Allah cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin.”[3]

Versi Kedua

Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama juga mengawali sholatnya (setelah takbiratul ihram) dengan doa,

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

Subhanakallahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka wata’aala jadduka, walaa ilaaha ghairuk

“Maha suci Engkau ya Allah dan segala hanya tercurah untuk-Mu. Dan maha berkah nama-Mu dan maha tinggi Engkau. Dan tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau.”[4]

Versi Ketiga

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau juga membaca doa berikut ketika mengerjakan sholat,

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ، إِنَّ صَلَاتِي ، وَنُسُكِي ، وَمَحْيَايَ ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي ، وَأَنَا عَبْدُكَ ، ظَلَمْتُ نَفْسِي ، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا ، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifa. Wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaati, wa nusuki, wa mahyaaya, wa mamaatii lillahi Rabbil aalamiin. Laa syariika lahu, wa bidzaalika umirtu wa anaa awwalul muslimiin. Allahumma antal maliku laa ilaaha illa anta, anta Rabbi, wa anaa abduka, dzhalamtu nafsii, wa’taraftu bidzanbii, faghfir lii dzunuubi jami’a, innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta. Wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdii li ahsaniha illa anta. Washrif anni sayyiaha laa yashrifu anni sayyiaha illa anta. Labbaika wa sa’daika wal khairu kulluhu fii yadaika. Wasy syarru laisa ilaik. Ana bika wa ilaika. Tabaarakta wa ta’aalaita. Astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan aku termasuk orang yang berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Menguasai. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Sungguh aku telah mendzaalimi diriku sendiri dan ku akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya selain Engkau. Akan ku patuhi segala perintah-Mu dan dengan Bahagia kusambut perintah-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”[5]

Ibnul Qayyim rahimahullahu menambahkan keterangan,

الْمَحْفُوظَ أَنَّ هَذَا الِاسْتِفْتَاحَ ، إِنَّمَا كَانَ يَقُولُهُ – عليه الصلاة والسلام – فِي قِيَامِ اللَّيْلِ

“Yang tepat adalah bahwa doa istiftah ini sering dibaca Nabi Muhammad ﷺ saat sholat malam.”[6]

Versi Keempat

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama ketika sholat malam beliau membaca,

اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ ، أَنْتَ الحَقُّ ، وَوَعْدُكَ الحَقُّ ، وَقَوْلُكَ الحَقُّ ، وَلِقَاؤُكَ الحَقُّ ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ ، وَالنَّارُ حَقٌّ ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ ، وَبِكَ آمَنْتُ ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ ، وَبِكَ خَاصَمْتُ ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، أَنْتَ إِلَهِي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Allahumma lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi. Walakal hamdu anta qayyimus samaawaati wal ardhi. Walakal hamdu anta rabbus samaawaati wal ardhi waman fiihinna. Antal haqqu, wa wa’dukal haqqu, wa qaulukal haqqu, wa liqaaukal haqqu, wal jannatu haqqun, wannaari haqqun, wan nabiyyuna haqqun, was saa’atu haqqun, allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khashamtu, wa ilaika haakamtu, fahgfir lii maa qaddamtu wamaa akkhartu, wa maa asrartu, wamaa a’lantu, anta ilaahii laa ilaaha illa anta

“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta tata cara belajar sholat orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau”[7]

Versi Kelima

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi Muhammad shalllallahu ‘alaihi wasallama ketika sholat malam maka beliau membaca,

اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ ، وَمِيكَائِيلَ